Kalau hanya berteman dalam
batas-batas yang jelas tidak masalah bila berganti teman, tetapi kalau dalam
konteks berasmara atau bercinta dengan konten yang salah pasti dirinya menjadi
seperti bunga yang madunya dihisap kemudian ditinggal. Konyolnya tidak sedikit
gadis-gadis muda tidak merasa “terhina” dengan keadaan dirinya tersebut. Kalian
harus berpikir dan berkata dengan keras : “Aku wanita terhormat dan berharga”.
Kemuliaanku sebagai wanita adalah kalau aku memberi kehormatanku kepada pria yang
Tuhan kehendaki kepadanya kuserahkan”.
Jangan jadi gadis murahan atau
gampangan. Harus diingat rumus ini: semakin seorang wanita tidak mudah disentuh
maka ia semakin mahal harganya. Memang ada godaan bagi pria tertarik untuk
memburu wanita-wanita seperti ini dan menaklukkannya. Bila sudah berhasil
menaklukkan sampai pada berhubungan seks, maka pria itu baru membuktikan bahwa
wanita itu ternyata tidak semahal yang diduganya. Mengapa? Sebab memang sudah
tidak berharga lagi di matanya.
Tidak sedikit gadis-gadis yang
mudah memberi “segalanya” kepada pria yang menjadi pacarnya. Biasanya pria yang
tidak dewasa berpacaran karena ingin menghisap “madunya”. Oleh karena takut
kehilangan “pacar” dan juga memang menikmati hubungan yang tidak dewasa
tersebut maka seorang gadis menyerahkan kehormatannya. Harus dicatat di sini
bahwa pria yang merenggut kehormatan seorang wanita adalah pria yang tidak
terhormat atau tidak pantas dihormati. Ia akan sulit juga menjadi orang tua
yang terhormat.
Adalah bodoh kalau seorang gadis
berpikir bahwa hubungan seks yang dilakukan berdua itu adalah hubungan yang
mengekspresikan cinta atau membuktikan cinta mereka. Hal itu menunjukkan
kejahatannya terhadap pacarnya. Dalam hal ini seorang gadis hendaknya tidak
berpikir bahwa hal itu hanya dilakukan dengan dirinya (belum tentu bahkan
sangat besar kemungkinan tidak). Jangan berpikir bahwa pria akan bertanggung
jawab atas apa yang dilakukannya. Kalau pria itu masih bersekolah atau kuliah
belum selesai, mencari nafkah belum bisa berarti ia tidak akan mampu
bertanggung jawab. Bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri saja tidak bisa
bagaimana bertanggung jawab kepada orang lain. Menurut survey separoh
perkawinan orang-orang muda dibawah umur 22 tahun dan yang melakukan hubungan
seks dan kehamilan sebelum menikah berakhir perceraian.
Kenikmatan seks yang diberikan
kepada pasangan pria sebenarnya bukanlah bukti cinta yang membahagiakan, tetapi
dua menit kepuasan orgasme (klimak kepuasan seks) yang akan mendatangkan banyak
kerugian yang tidak dapat ditebus dengan cara dan bentuk apapun. Hubungan badan
itu bukanlah jawaban dari kehausan bercinta, seakan-akan hal itu dilakukan atas
nama cinta. Tetapi justru tindakan itu adalah penghianatan terhadap cinta. Dan
hal itu dilakukan atas nama “nafsu” yang rendah yang tidak meletakkan cinta
pada tempat yang terhormat.
Bagi wanita hubungan badan memang
bisa menjadi kenangan yang indah tetapi bagi pria sering menjadi akhir dari
sikap hormatnya kepada lawan jenisnya. Ingat hukum ini: wanita yang sudah
berhasil “ditiduri” (sebelum menikah) tidak akan berharga sama dengan harga
sebelumnya (apalagi kalau terinfus penyakit kelamin). Bagi pria petualang, ia
akan mulai mencari sensasi baru dengan wanita lain, sebab sensasi baru dengan
wanita ini sudah berakhir. Cinta tidak akan menjadi indah seperti sebelumnya.
(seminar seksologi, Dr. Erastus Sabdono)
Wah..wah bagus sekali kalimat ini: "Kenikmatan seks yang diberikan kepada pasangan pria sebenarnya bukanlah bukti cinta yang membahagiakan, tetapi dua menit kepuasan orgasme (klimak kepuasan seks) yang akan mendatangkan banyak kerugian yang tidak dapat ditebus dengan cara dan bentuk apapun. Hubungan badan itu bukanlah jawaban dari kehausan bercinta, seakan-akan hal itu dilakukan atas nama cinta. Tetapi justru tindakan itu adalah penghianatan terhadap cinta...!!"
BalasHapus