Selasa, 06 Mei 2014

Sugesti Kesembuhan dalam Gereja - Part 4


EFEK PLACEBO yang misterius itu dapat menyembuhkan penyakit atau mengurangi rasa sakit oleh kekuatan sugesti, sebagaimana telah dibahas dalam tulisan sebelumnya. Disisi lain, kesembuhan yang dikerjakan oleh Tuhan Yesus adalah kesembuhan yang terbukti nyata, seperti orang mati bangkit, orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang yang sakit pendarahan seketika berhenti pendarahannya, dan lain sebagainya.

Memang disadari bahwa hal ini cukup sensitif, dan pembahasannya berpotensi menimbulkan perlawanan dari gereja-gereja yang selama ini menekankan kesembuhan Ilahi. Namun demi kejujuran, kemurnian iman dan pendewasaan rohani, kita semua kita harus berani mengupas hal ini secara jujur, analitis dan cerdas. Bila rendah hati, tentu kita semua bersedia belajar dan mau dikoreksi.

Membahas hal ini sama sekali tidak berarti kita tidak memercayai kuasa kesembuhan atau mukjizat. Kita harus percaya bahwa kuasa Tuhan tidak berubah, dan mukjizat pun pasti masih berlaku hingga hari ini. Pembahasan ini juga tidak bermaksud merendahkan dan mendakwa bersalah hamba-hamba Tuhan yang mempraktikkan karunia kesembuhan. Pembahasan ini memiliki maksud yang jauh lebih berarti dari kesembuhan itu sendiri, yaitu agar sebagai orang percaya, pengertian pembaca terhadap kebenaran Tuhan yang murni bertambah dalam, sehingga dapat lebih memahami kehendak Tuhan dalam kehidupan ini. Pengertian yang benar terhadap Firman Tuhan inilah yang menggiring umat kepada keselamatan yang sesungguhnya.

Sering terjadi dalam kebaktian kesembuhan Ilahi, pemberita Firman mendoakan orang sakit, kemudian menyuruh mereka yang merasa atau berani mengaku sembuh naik ke panggung untuk bersaksi. Dengan cerobohnya mereka maju bersaksi tanpa pembuktian secara medis. Disini bisa terjadi penipuan bahkan ada orang yang belum sembuh pun disuruh naik ke mimbar dengan suatu dorongan atau janji bahwa sementara mereka berjalan maju ke depan  dengan iman, kesembuhan pasti terjadi. Hal ini menyugesti jemaat berdiri dan naik ke panggung. Untuk penyakit tertentu, bisa saja ada yang sembuh oleh efek placebo, atau rasa sakitnya berkurang karena pengaruh sugesti. Tidak sedikit juga yang tidak sembuh, tetapi karena fenomena sugesti, merasa sudah sembuh. Ada pula yang tidak sembuh, namun mengaku disembuhkan karena malu terlanjur maju ke depan, dan melakukan swasugesti sesaat, sehingga seolah-olah sudah sembuh, padahal kenyataannya tidak. Ini semua merupakan suatu pembodohan yang tidak mendewasakan jemaat.

Fenomena semacam ini telah berlangsung bertahun-tahun tanpa ada yang menyadarkannya. Tidak jarang mereka yang dinyatakan pembicara di mimbar telah sembuh, dan membuat Tuhan mendapat tepukan tangan, ternyata sembuh palsu. Sebetulnya ia belum sembuh. Kesembuhan yang benar membutuhkan pembuktian seksama dalam proses medis yang tidak singkat. Dalam hipnosis, seseorang yang telah tenggelam oleh sugesti dapat mengabaikan rasa sakit dalam tubuhnya. Ini bukan berarti benar-benar telah terjadi sebuah kesembuhan.

Sugesti dapat pula membuat seseorang yang sakit dapat melakukan apa yang selama ini diyakini tidak dapat dilakukan. Misalnya, seorang yang lumpuh atau setengah lumpuh kakinya, bila disugesti dalam suasana sugestibilitas yang tinggi di tengah acara kebaktian, dapat berdiri atau berjalan- walau agak terseok-seok.

Tetapi ini bukan kesembuhan yang sesungguhnya. Setelah mengaku bisa berjalan, ternyata sesampainya di rumah, ia tidak mampu berjalan lagi, dan kembali ke kursi roda.

Contoh lain, di suatu kebaktian kesembuhan Ilahi, seseorang merasa sudah sembuh dari penyakit maag-nya, tetapi di rumah, perutnya sudah perih lagi. Ada juga yang merasa sudah sembuh dari sakit giginya, tetapi ternyata beberapa saat kemudian rasa “nyut-nyut”-nya sudah mulai lagi. Sugestilah yang membuat ia tidak merasakan sakitnya untuk sesaat. Harus dimengerti bahwa pikiran bawah sadar seseorang memang dapat mengurangi rasa sakit.

Sebelumnya telah kita pelajari bahwa efek placebo dapat menghasilkan kesembuhan yang menakjubkan. Dalam hal ini, bukan tidak mungkin mukjizat-mukjizat yang terjadi di kebaktian-kebaktian kesembuhan Ilahi, kebaktian-kebaktian kebangunan rohani dan sejenisnya juga merupakan  praktik sugesti dalam penyembuhan ala placebo. Kita percaya mukjizat Tuhan masih terjadi, tetapi kita harus bisa membedakan apakah suatu fenomena itu pekerjaan Roh Kudus atau bukan. Jika suatu fenomena bukan mukjizat, maka itu merupakan suatu kebohongan atau penipuan.

Selama ini banyak peristiwa yang diakui sebagai kesembuhan dari Tuhan, tetapi tidak pernah sungguh-sungguh dibuktikan apakah kesembuhan tersebut permanen atau hanya sementara. Mereka yang sudah terlanjur bersaksi menyatakan sembuh di depan khalayak, karena malu akan berusaha menyembunyikan keadaan yang sebenarnya ketika menemukan bahwa ternyata kesembuhan yang dialaminya hanya kesembuhan semu. Dalam hal ini yang beruntung adalah sang “hamba Tuhan” yang telah mendapat “credit point”, dahsyat. Padahal yang dibutuhkan hanyalah keberanian untuk mendoakan orang sakit, dan melakukan permainan psikologis kepada jemaat dengan menyatakan bahwa di antara yang didoakan pasti ada yang sembuh.

Sumber : Truth edisi 16
Share This :

1 komentar:

  1. Demi kejujuran, kemurnian iman serta proses pendewasaan rohani, kita semua memang harus berani meluruskan hal ini secara jujur, analitis dan cerdas.
    Saya yakin, kalau rendah hati, tentu kita semua bersedia belajar dan mau mengkoreksi diri.

    BalasHapus