Tidak ada cara lain untuk dapat
menghindarkan diri dari praktek yang tidak pantas ini selain mengisi pikiran
dengan Firman Tuhan. Kalau seseorang tidak mengisi pikirannya dengan kebenaranFirman Tuhan tidak berkomitmen untuk melayani Tuhan serta hidup suci, mustahil
ia bisa menjaga kesuciannya secara benar. Firman Tuhan mengatakan: “Jadi akhirnya,
saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua
yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut
kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu (Fil 4:8). Harus diingat
bahwa pikiran adalah medan pertempuran awal. Seorang yang gagal menaklukan
pikirannya tidak akan bisa menaklukkan daging dan nafsunya. Seorang yang
mencemari pikirannya dengan film-film porno tidak akan pernah berhasil
menaklukkan nafsunya.
Masalah pula bagaimana seorang
pemuda tertarik memikirkan hal-hal yang kudus ini? Jawabnya adalah mereka harus
membangun mind set-nya dalam kebenaran Firman Tuhan secara memadai. Dalam hal
ini perlu ketekunan dan kesungguhan yang panjang mengkonsumsi kebenaran Firman
Tuhan yang murni sehingga menemukan tujuan hidup, mustahil seseorang bisa
menjaga kesucian dan hidup berkenan kepada-Nya.
Baik pria maupun wanita harus
hidup dalam planning yang jelas. Selain mengerti apa tujuan hidup ini, harus
berpikir dengan serius untuk apa menikah? Kapan harus menikah? Bagaimana
kriteria jodoh yang dikehendaki oleh Allah? dan lain sebagainnya.
Bila bertemu dengan seorang pria, bagi wanita harus mempersoalkan apakah ia pantas menjadi ayah anak-anaknya, sebaliknya bagi pria harus mempersoalkan pantaskah ia menjadi mama anak-anaknya? Selanjutnya harus ada pertanyaan pula: apakah ia sungguh-sungguh mengasihi dan menghormati orangtuaku seperti aku mengasihi dan menghormati mereka? Apakah ia bisa menerima keberadaanku dan keluarga besarku. Semakin tinggi tanggung jawab dan kedudukan seseorang maka pasangannya semakin harus berkualitas tinggi.
Bila bertemu dengan seorang pria, bagi wanita harus mempersoalkan apakah ia pantas menjadi ayah anak-anaknya, sebaliknya bagi pria harus mempersoalkan pantaskah ia menjadi mama anak-anaknya? Selanjutnya harus ada pertanyaan pula: apakah ia sungguh-sungguh mengasihi dan menghormati orangtuaku seperti aku mengasihi dan menghormati mereka? Apakah ia bisa menerima keberadaanku dan keluarga besarku. Semakin tinggi tanggung jawab dan kedudukan seseorang maka pasangannya semakin harus berkualitas tinggi.
Selalu harus ada batas yang jelas
sebelum terikat perkawinan. Bukan hanya secara fisik tetapi juga batin.
Hubungan yang terlalu berlebihan dekat dimana masing-masing sangat tergantung,
itu berarti sebuah relasi yang sudah tidak sehat; abnormal. Untuk itu perlu
diperhatikan hal ini: Pertama, hubungan dengan Tuhan harus lebih dekat. Kedua,
hubungan dengan orang tua harus tetap dijaga. Harus tetap diingat bahwa orang
tua sering memiliki obyektifitas yang sangat tinggi. Suara mereka harus
sungguh-sungguh didengar dan dihargai. (seminar seksologi, oleh Dr. Erastus Sabdono).
Sahabat, pikiran kita akan terbentuk dari apa yang kita lihat dan apa yang kita dengar di sekitar kita, pikiran adalah tahta, siapa yang akan bertahta di pikiran kita apakah Allah atau Iblis??
Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu (Fil 4:8)
Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu (Fil 4:8)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar